Mudik 5, 6 dan 7 September 2011
Hari Pertama
Bandung-Tasikmalaya-Pangandaran
Pada lebaran kali ini, saya sekeluarga dan ibu saya menyempatkan diri untuk mudik ke desa Kondangjajar, kota Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Cijulang adalah sebuah kota kecil di sebelah timur Pangandaran. Dari arah Pangandaran, Desa Kondangjajar berjarak 1 km sebelum kota Cijulang. Di desa ini terdapat makam Eyang Adjasan Prawiradisatra, kakek saya, yang terletak tidak jauh dari ujung landasan lapangan terbang Nusawiru, Cijulang.
Perjalanan dimulai dari Bandung pada jam 7 pagi, dipilih pagi hari dengan harapan tidak akan terkena arus balik. Perjalanan sampai dengan Nagrek cukup lancar, saya bisa mengendarai kendaraan dengan kecepatan sekitar 70 sampai dengan 80 km/jam, dan sesekali mencapai 120 km/jam ketika berada di jalan tol Bandung-Cileunyi.
Kami singgah sebentar di Rumah Makan Tahu Sumedang yang letaknya sekitar 5 km dari turunan Nagrek. Di rumah makan tersebut kami membekali diri dengan tahu goreng, lontong dan jus tahu. Betul, jus tahu. Jus campuran susu dan tahu.
Perjalanan dari Limbangan sampai dengan Rajapolah sangat melelahkan, karena padatnya arus balik. Kami terjebak hampir 2.5 jam pada ruas jalan tersebut. Lalu lintas mulai lancar lagi ketika kami mendekati daerah Gunung Cupu, Tasikmalaya.

Kami singgah di kota Tasikmalaya untuk mengunjungi Ua Dedeh yang tinggal Jalan Sukasenang, di daerah jalan Pancasila.
Perjalanan dilanjutkan menuju Rumah Makan Manjabal 2 untuk makan siang, istirahat serta sholat. Makanan Rumah Makan Manjabal adalah rumah makan Sunda, tentu saja yang enak terutama sambalnya
Perjalanan melewati kota Tasikmalaya dan Ciamis dapat dilalui dengan mudah karena adanya jalan by-pass sebelum kota Tasikmalaya serta hanya ada satu jalan besar di kota Ciamis. Berbeda dengan kota Tasikmalaya dan Ciamis, bagi yang akan melewati kota Banjar menuju arah Pangandaran agak sulit dipahami petunjuk jalannya. Sedangkan jalan arah ke Jawa Tengah cukup jelas petunjuk jalannya. Saya hampir selalu tersesat ketika sampai di kota Banjar. Akhirnya saya menemukan tanda arah menuju arah Pangandaran, stasiun kereta api.
Stasiun kereta api kota Banjar akan selalu menjadi kenangan. Teringat akan waktu dulu, setiap kali dari Bandung akan pergi ke Cijulang dengan kereta api, selalu turun di kota Banjar dan pindah kereta api dari Mutiara Selatan ke kereta api kuik jurusan Cijulang. Saya sebut kereta api kuik karena pada saat itu adalah kereta api yang dijalankan dengan uap air, bukan dengan diesel.
Jalan dari kota Banjar menuju Pangandaran agak kecil dan berliku-liku. Pada beberapa ruas jalan malahan agak rusak, mungkin karena struktur tanahnya yang berkapur, terutama disekitar daerah Banjarsari. Semakin dekat kearah kota Pangandaran, maka semakin mulus dan lebar jalannya.

Akhirnya kami sampai di kota Pangandaran pada jam 16, setelah hampir 9 jam perjalanan. Kami menginap di Hotel Sun Rise Beach Hotel yang terletak di pantai timur Pangandaran.
Hari Kedua
Pangandaran-Cijulang
Perjalananan dilanjutkan menuju ke Cijulang yang berjarak sekitar 20 km dari Pangandaran. Beberapa kota kecil dilalui antara lain Karang Benda dan Parigi sebelum sampai ke Cijulang. Yang paling berkesan adalah jembatan rel kereta api di Desa Margacinta, tidak jauh dari kota Parigi. Di jembatan itulah dulu saya dan kakak saya sering main dengan meloncat ke sungai dari atas jembatan rel kereta api. Kenangan indah yang tidak mungkin terlupakan.


Persinggahan pertama pada hari kedua ini adalah makam Eyang Adjasan, kakek saya, ayah dari ibu. Makam ini terletak tidak jauh dari ujung landasan lapangan terbang Nusawiru, Cijulang. Perjalanan dilanjutkan ke Desa Kondangjajar untuk para keluarga yang masih ada di desa ini.
Sungguh banyak perubahan yang terjadi di desa Kondangjajar, sejak saya kunjungi setahun yang lalu. Kelihatannya ekonomi penduduk desa Kondangjajar sudah meningkat, terlihat dari semakin banyaknya barang-barang konsumtif yang ada.
Sebelum kembali ke Pangandaran, kami sempat singgah ke pantai Batu Hiu. Sayang karang yang menyerupai ikan hiu tersebut sudah patah, sehingga tidak mirip ikan hiu lagi.
Hari Ketiga
Pangandaran-Bandung
Perjalanan kembali ke Bandung, dimulai pada jam 12:00, setelah makan siang di Rumah Makan Seafood Risma. Rumah Makan Risma merupakan salah satu rumah makan seafood yang terkenal di Pangandaran. Udang saus tiram serta oseng pakis merupakan masakan favorit saya. Memang luar biasa rasanya.
Perjalanan ke Bandung boleh dikatakan lancar, kami sampai di Bandung pada pukul 17, termasuk istirahat dan sholat di sekitar daerah Gunung Cupu, Tasikmalaya.
Semoga untuk mudik tahun depan, semakin lancar jalannya.